Nama : Hadi Saputra
Kelas : 1IA10
NPM : 55409540
Rangkuman bab 3 mengenai cinta kasih
1. Pengertian cinta kasih
Cinta adalah rasa sangat suka atau sayang ( kepada ) ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta ( kepada ) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka ( sayang ) kepada seseorang yang diserta dengan menaruh belas kasihan. Walaupun cinta kasih mengandung pengertian yang hampir sama, antara keduanya terdapat perbedaan yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam sedangkan kasih merupakan pengungkapkan untuk mengeluarkan rasa, mengarah kepada yang dicintai.
Cinta sama sekali bukan nafsu, pernyataan tersebut sangat penting khususnya bagi remaja yang tingkat nafsu seksualnya sedang bergejolak. Perbedaan antara cinta dan nafsu dapat dijelaskan sebagai berikut cinta bersifat manusiawi sedangkan nafsu tidak bersifat manusiawi. Selain itu cinta bersifat rokhaniah sedangkan nafsu bersifat jasmaniah. Cinta menunjukkan perilaku memberi sedangkan nafsu cenderung menuntut.
Dalam bukunya Seni Mencintai, Erich Fromm (1983:24-27) menyebutkan bahwa cinta itu terutama memberi bukan menerima. Yang paling penting dalam memberi adalah hal-hal yang bersifat manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyatakan unsur-unsur dasar seperti pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan pengenalan. Selain itu pengertian tentang cinta juga diungkapkan oleh Dr. Salito W. Sarwono dalam artikel yang berjudul Segitiga Cinta, bukan cinta segitiga. Dikatakan bahwa cinta yang ideal memiliki 3 unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Selanjutnya Dr. Salito W. Sarsono mengemukakan bahwa tidak semua unsur cinta itu sama kuatnya. Kadang-kadang ada yang keterikatannya sangat kuat, tetapi keintiman atau kemesraannya kurang. Cinta seperti itu mengandung kesetiaan yang amat kuat, kecemburuannya besar, tetapi dirasakan oleh pasangannya sebagai dingin atau hambar, karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan kemesraan atau keintiman. Misalnya cinta sahabat karib atau saudara sekandung yang penuh dengan keakraban, tetapi tidak ada gejolak-gejolak mesra dan orang yang bersangkutan masih lebih setia kepada hal-hal lain dari pada partnernya. Cinta juga dapat diwarnai dengan kemesraan yang sangat menggejolak, tetapi unsur keintiman dan keterikatannya kurang. Cinta yang seperti itu disebut cinta yang pincang. Selain pengertian yang dikemukakan oleh Sarlito, lain halnya pengertian cinta yang dikemukakan oleh Dr. Abdullah Nasih Ulwan, dalam bukunya manajemen cinta. Cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong sesorang untuk mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut dan kasih sayang. Cinta adalah fitrah manusia yang murni, yang tak dapat terpisahkan dengan kehidupaannya Ia selalu dibutuhkan. Jika seseorang ingin menikmatinya dengan cara yang terhormat dan mulia, suci dan penuh taqwa, tentu ia akan mempergunakan cinta itu untuk mencapai keinginannya yang suci dan mulia pula.
Kelas : 1IA10
NPM : 55409540
Rangkuman bab 3 mengenai cinta kasih
1. Pengertian cinta kasih
Cinta adalah rasa sangat suka atau sayang ( kepada ) ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta ( kepada ) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka ( sayang ) kepada seseorang yang diserta dengan menaruh belas kasihan. Walaupun cinta kasih mengandung pengertian yang hampir sama, antara keduanya terdapat perbedaan yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam sedangkan kasih merupakan pengungkapkan untuk mengeluarkan rasa, mengarah kepada yang dicintai.
Cinta sama sekali bukan nafsu, pernyataan tersebut sangat penting khususnya bagi remaja yang tingkat nafsu seksualnya sedang bergejolak. Perbedaan antara cinta dan nafsu dapat dijelaskan sebagai berikut cinta bersifat manusiawi sedangkan nafsu tidak bersifat manusiawi. Selain itu cinta bersifat rokhaniah sedangkan nafsu bersifat jasmaniah. Cinta menunjukkan perilaku memberi sedangkan nafsu cenderung menuntut.
Dalam bukunya Seni Mencintai, Erich Fromm (1983:24-27) menyebutkan bahwa cinta itu terutama memberi bukan menerima. Yang paling penting dalam memberi adalah hal-hal yang bersifat manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyatakan unsur-unsur dasar seperti pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan pengenalan. Selain itu pengertian tentang cinta juga diungkapkan oleh Dr. Salito W. Sarwono dalam artikel yang berjudul Segitiga Cinta, bukan cinta segitiga. Dikatakan bahwa cinta yang ideal memiliki 3 unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Selanjutnya Dr. Salito W. Sarsono mengemukakan bahwa tidak semua unsur cinta itu sama kuatnya. Kadang-kadang ada yang keterikatannya sangat kuat, tetapi keintiman atau kemesraannya kurang. Cinta seperti itu mengandung kesetiaan yang amat kuat, kecemburuannya besar, tetapi dirasakan oleh pasangannya sebagai dingin atau hambar, karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan kemesraan atau keintiman. Misalnya cinta sahabat karib atau saudara sekandung yang penuh dengan keakraban, tetapi tidak ada gejolak-gejolak mesra dan orang yang bersangkutan masih lebih setia kepada hal-hal lain dari pada partnernya. Cinta juga dapat diwarnai dengan kemesraan yang sangat menggejolak, tetapi unsur keintiman dan keterikatannya kurang. Cinta yang seperti itu disebut cinta yang pincang. Selain pengertian yang dikemukakan oleh Sarlito, lain halnya pengertian cinta yang dikemukakan oleh Dr. Abdullah Nasih Ulwan, dalam bukunya manajemen cinta. Cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong sesorang untuk mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut dan kasih sayang. Cinta adalah fitrah manusia yang murni, yang tak dapat terpisahkan dengan kehidupaannya Ia selalu dibutuhkan. Jika seseorang ingin menikmatinya dengan cara yang terhormat dan mulia, suci dan penuh taqwa, tentu ia akan mempergunakan cinta itu untuk mencapai keinginannya yang suci dan mulia pula.